Jakarta, NU Online Fenomena berjualan dan berbelanja secara online, ibarat dua sisi mata uang. Di satu sisi memudahkan, tetapi di sisi lain justru mematikan usaha pertokoan yang dilakukan secara offline.
Tiktok Shop, sebuah fitur untuk bertransaksi jual-beli di akun media sosial menjadi sorotan. Sebab, harga-harga barang kebutuhan yang dijual di Tiktok Shop jauh lebih murah dibanding membeli secara langsung di pusat perbelanjaan.
Fenomena berjualan online di Tiktok Shop itu membuat para pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluh. Dagangannya sepi pembeli, omzetnya anjlok, dan mereka tetap dibebankan untuk tak boleh telat membayar sewa kios.
NU Online berkunjung langsung ke Pasar Tanah Abang, pada Ahad (24/9/2023) kemarin. Menyaksikan langsung betapa sepinya pusat perbelanjaan terbesar se-Asia Tenggara itu.
Di lantai 5 kawasan Blok A Pasar Tanah Abang, para pembeli yang berkunjung bisa dihitung pakai jari, sangat sepi. Bahkan, ada beberapa kios yang tutup, lalu disewakan.
Karena sangat sepi pembeli, ada beberapa pedagang yang sampai tertidur menunggu dagangan kiosnya. Padahal, sebelum marak praktik berjualan melalui siaran langsung di Tiktok Shop, akhir pekan menjadi waktu yang tepat bagi warga Jakarta dan sekitarnya untuk berbelanja di Pasar Tanah Abang.
Tasripah, pedagang perlengkapan haji dan busana Muslim-Muslimah yang berjualan sejak 2018 di Pasar Tanah Abang mengaku bahwa fenomena Tiktok Shop sangat berpengaruh terhadap dagangannya yang kini sepi pembeli.
“Mempengaruhi banget. Berpengaruh banget. Nih lihat sendiri, pasarnya begini (sepi), gara-gara itu, Tiktok Tiktok itu katanya,” kata Tasripah kepada NU Online.
Ia mengaku memiliki akun dan sempat beberapa kali ‘membuka lapak’ di Tiktok. Namun, tetap saja sepi pembeli. Tasripah bilang, ‘belum ada yang nyangkut’.
Pengaruh Tiktok Shop yang membuat dagangannya sepi pembeli itu telah dirasakan sejak empat bulan terakhir. Sebelum marak Tiktok Shop, Pasar Tanah Abang ramai dikunjungi para pembeli.
Salah satu yang membuat orang-orang beralih ke Tiktok Shop adalah soal harga. Di Tiktok, para pedagang berani ‘membanting harga’ sampai sangat murah karena tak punya beban sewa kios.
“Tiktok saya lihat juga kayaknya murah-murah banget, gratis ongkir (ongkos kirim). Semuanya pada ngomong gara-gara Tiktok. Makanya dengar katanya Tiktok mau dihapus kita ngedukung banget. Sebelum ada Tiktok, omzetnya lumayan. Sekarang anjlok bisa 75 persen,” jelas Tasripah.
Saat ini, sangat jarang ada pembeli yang berbelanja dengan mendatangi langsung kiosnya. Kalaupun ada, mereka adalah pelanggan-pelanggan lama. Tasripah sangat sulit mencari atau mendapatkan pelanggan baru.
“Jarang yang belanja langsung. Paling pelanggan-pelanggan lama aja saya. Pelanggan lama dari daerah nanti dikirim. Kalau datang ke sini, paling beli perlengkapan juga yang kecil-kecilnya aja,” katanya.
Tasripah yang barang dagangannya bisa dijual secara grosir dan eceran itu berharap, dagangannya bisa kembali laris seperti semula. Ia mengaku, fenomena Tiktok Shop ini berbeda dengan kehadiran e-commerce seperti Shopee dan Lazada.
“Kalau Shopee, Lazada dari dulu memang ada. Tapi setelah ada Tiktok itu, saya lihat murah-murah banget. Tisu-tisu itu kan di sini Rp12 ribu (tapi) di Tiktok (hanya) Rp6 ribu,” kata Tasripah.
Editor: A. Syamsul Arifin
Pewarta: Aru Lego Triono
Sumber: https://www.nu.or.id/nasional/keluhan-pedagang-pasar-tanah-abang-gara-gara-tiktok-shop-dagangan-sepi-pembeli-jzGfw
___
Download NU Online Super App, aplikasi keislaman terlengkap! https://nu.or.id/superapp (Android/iOS)